[Self-Writing] 23 Tahun; Masih Bernafas; Masih Bekerja; Masih Sendiri

Sulit dipercaya, sebuah makhluk masih dikaruniai kesempatan untuk tak henti-hentinya menghirup rasa oksigen selama 23 tahun. Bila dalam 1 menit saja manusia harus meraup begitu banyak rasa hampanya oksigen, bayangkan, berapa menit dalam 23 tahun itu yang dihabiskan untuk bernafas. Tidak hanya sekedar bernafas, tapi hidup.

Hidup. Mati. Dua kutub yang berlawanan. Sama halnya dengan Cinta dan Benci. Keduanya bisa tumbuh dihatimu, subur, menjalar, beranak-pinak, dan sulit dibasmi. Mana yang lebih subur bahkan tak bisa ditentukan oleh si empunya hati. Hati bisa membenci begitu dalam bahkan saat dicintai. Cinta bisa menciptakan kebencian yang begitu kejam kala saraf di hati terpacu.

Jatuh. Cinta.
Pada stagnan itulah dimana tubuhmu tidak mengandalkan otak dalam bertindak dan mencerna. Hatimu menjadi penguasa, dimana emosi dan perasaan menjadi alasan nomor satumu dalam mengambil keputusan.

Tak ingin jatuh. Berusaha Bertahan. Menolak tumbuh.
It's all bullshit in the eye of cupid. Sekuat apapun pertahananmu, takkan pernah kau bisa mengingkari nikmatnya. Sekalipun tau di depanmu pasti ada halang rintang dan sakit perih, kesempatan untuk jatuh dalam nikmatnya begitu menggoda. Otakmu berkata jangan, namun hatimu mempersilakan, memberi kesempatan menyesap buih cinta yang katanya, mempesona.